Karya: Ramiza Fikriyah (6 Ibnu Abbas)

Pada suatu hari di SDN Malaka Jaya terdapat seorang murid bernama fikri. Fikri memiliki seorang kakak Bernama sinta (CERPEN: Penindasan Yang di Alami Sinta, karya: gendis (6 Ibnu Abbas)) yang ngalami kejadian yang sangat tragis yang membuat dirinya trauma, terutama jika ada yang mulai menganggunya.

Sudah sejak lama radit terus mengganggu fikri, radit terus mengejek fikri bahkan disaat fikri tidak mngindahkan ejekannya tersebut. Fikri hanya tidak mau berurusan dengan orang seperti radit. Ia takut apa yang terjadi dengan kakaknya akan menimpanya juga.

Suatu Ketika fikri sedang beristirahat dengan teman-temannya di bangku dekat pepohonan yang rindang. Datanglah radit yang bersiap mengganggu fikri.

“wah ada anak tk nih disekolah ini.” Ejek radit.

Fikri yang sudah paham dengan tabiat radit diam saja, berusaha tidak terpancing ucapan radit. Akan tetapi teman-teman fikri geram pada radit dan membela fikri.

“hei radit, kamu tidak boleh seperti itu.” Ucap putra salah satu teman fikri. Melihat teman-teman fikri membela fikri, radit pun marah dan berujar “jangan ganggu, pergi sana”.

*BUKK!!!

Ternyata tidak hanya omelan yang keluar dari mulut radit, ia juga melayangkan tinjunya yang sangat keras kearah putra. Putra tersungkur kesakitan. Teman-temannya langsung membantu putra berdiri. Begitu pula fikri yang melihat putra yang terkulai tak berdaya membawa putra ke ruang UKS.

“kamu keterlaluan radit” ujar fikri sebelum meninggalkan radit, ia pun memapah putra untuk pergi ke UKS.

Sesampainya di UKS ternyata perut putra harus diperban karna pukulan radit yang keras hingga membuat perut putra terluka.

“kamu kenapa tidak melapor pada guru kalau radit terus mengganggumu?, bu guru pasti punya solusi untuk masalah mu dan radit, sehingga radit tidak lagi mengganggumu lagi.” Ungkap putra seraya memarahi fikri.

“jika aku melapor, itu hanya akan menambah masalah baru dan radit mungkin akan melakukan hal yang lebih parah kepadaku. Seperti yang terjadi dengan kakakku”. Jawab fikri hampir menangis.

“tapi mungkin saja kali ini berbeda. Kita harus mencobanya.” Kata putra menguatkan fikri.

“tetap saja aku takut put” tahan fikri.

“aku akan menemanimu melapor” ungkap putra lagi, menenangkan temannya.

Setelah perut putra selesai diperban, keduanya beranjak pergi ke kelas Kembali. Saat mereka sampai sudah ada guru yang masuk dikelasnya. Fikri meminta izin agar mereka dapat masuk dan mengikuti pelajaran seperti teman-teman yang lain.

Ibu guru mengizinkan, tetapi “ada apa denganmu putra? Mengapa kamu terus memegangi perutmu?”. Tanya bu guru yang melihat putra meringis dan menahan sakit diperutnya. “anu bu, perut saya sakit setelah dipukul dengan keras oleh kakak kelas”. Ungkap putra. Fikri kaget dengan pernyataan putra dan menyikut lengan putra. “put, kalua kamu melapor kita bisa kena bully berdua”. Bisik fikri.

“siapa yang melakukannya putra?” tanya bu guru lagi.

“radit bu, kelas 5” jawab putra lantang. Ia tidak takut melakukan hal yang benar, demi menyelamatkan sahabatnya, fikri.

“radit tidak hanya melakukannya pada saya bu, dia bahkan megejek fikri setiap hari” lanjut putra.

“siapa lagi yang pernah diejek atau diganggu oleh radit?.” Tanya bu guru kepda selurus siswa kelas 4.

Hampir semu dari mereka mengangkat tangannya. Putra tersenyum, ia sadar tindakannya barusan adalah Tindakan berani yang dapat membantu teman-temannya dari pembulian disekolah.

Saat istirahat bu guru memanggil radit untuk menghadap dan meminta pertanggung jawaban radit atas apa yang telah ia lakukan kepada adik-adik kelasnya. Radit mengelak pernyataan bu guru tentang dirinya yang suka mengganggu adik kelas. Tetapi fikri pun akhirnya berbicara apa saja yang telah dilakukan radit terhadapnya selama ini. Raditpun tak dapat lagi mengelak. Bu guru memberinya hukuman membersihkan lapangan sekolah. Radit pun meminta maaf kepada seluruh siswa kelas 4 yang pernah ia ganggu.